Beralih menggunakan produk perawatan wajah yang lebih alami tentu tidaklah mudah bagi sebagian orang. Harga yang lumayan mahal menjadi salah satu alasan dari sebagian orang itu untuk mengurungkan niat untuk membelinya. Padahal kalau digali lebih dalam lagi, banyak sekali produk perawatan wajah yang natural dan juga organik di Indonesia dengan harga yang bervariatif. Kita pun harus bangga akan hal itu, berarti demand dari masyarakat Indonesia akan skin care “hijau” meningkat.

Tapi, apakah Kleive benar-benar mengerti bahwa ada perbedaan antara produk yang mengklaim natural dan juga organik? Atau hanya untuk trik marketing saja? Nah, sebelum kalian tersesat lebih jauh akan hal-hal diatas. Klei & Clay akan membantu kamu agar lebih mengerti lagi tentang perbedaan Natural Skin Care dan Organic Skincare. Simak yuk!

SISI LABEL

Sama-sama terbuat dari kandungan alami, brand produk natural tidak perlu untuk mendaftarkan ke lembaga tertentu, contoh: ECOCERT ( Eropa ) untuk mendapatkan label tersebut. Berbeda dengan Organic Skin Care yang tahapannya lebih maju dibandingkan natural. Sebuah brand yang ingin mengklaim produknya organik harus melewati beberapa proses oleh lembaga tersebut untuk mendapatkan label organik. Jadi, buat Kleive yang ingin membeli sebuah produk perawatan wajah organik, kamu harus memastikan bahwa produknya sudah tercantum label organik dari ECOCERT ataupun lembaga organik lainnya. Kalau tidak, itu berarti memang hanya trik marketing belaka.

KOMPOSISI KANDUNGAN

Selain sebuah trademark label organik sebagai acuan, komposisi kandungan juga menentukan sebuah produk perawatan wajah itu natural atau organik. Nah, disini kalian harus lebih cermat ya, Kleive. Karena komposisi kandungan organik dan natural hampir tidak ada bedanya, karena sama-sama terbuat dari 90% tanaman. Untuk lebih memudahkan, kamu bisa lihat di kemasannya, untuk produk organik pasti sudah tercantumkan label organik. Jadi, kalian tidak perlu khawatir karena lembaga ECOCERT sudah memastikan bahwa komposisi kandungannya benar-benar organik dan alami.

Berbeda dengan produk natural yang masih banyak diperdebatkan di berbagai belahan dunia, karena diperbolehkannya ada kandungan sintesis / fragrance dalam komposisi tersebut, walaupun hanya 3% dari jumlah total. Contoh kandungan alami yang sering kita temui di produk natural ataupun organik adalah Aloe Barbadensis Leaf Juice (Aloe Vera), Butyrospermum Parkii (Shea Butter), Chamomilla Recutita (Matricaria) Flower Extract (Chamomile Extract), Rosa Damascena Flower Water (Rose Water), essential oils, beeswax, dan banyak lainnya. Tapi khusus produk natural, tidak menutup kemungkinan bahwa ada sisipan kandungan sintetis didalamnya walaupun hanya 10%, seperti yang Klei katakan di awal paragraf. Dan hal inilah yang masih dirundingkan, karena yang kita ketahui bahwa natural berarti 100% alami, tentunya fakta berkata sebaliknya. Makanya, kita juga harus mengerti juga untuk membaca komposisi kandungan di sebuah produk.

 

BACA JUGA: Essential Oil Membuat Wajah Jadi Iritasi, Fakta atau Mitos?

 

PRODUSEN YANG IKUT ANDIL

Hal ini yang sering kita acuhkan padahal penting banget lho, Kleive. Sebuah produk yang organik berarti mendukung kesejahteraan bumi tercinta ini. Mereka hanya memilih produsen-produsen ataupun supplier yang mendukung penghijauan ataupun sustainable. Jadi, cara mereka menghasilkan sebuah raw material tidak merusak lingkungan, contohnya: tidak memakai pestisida ataupun yang bisa merusak ekosistem. Ini salah satu alasan mengapa produk organik sangatlah mahal, terlihat impact-nya sangat luar biasa. Sedangkan natural, masih ada beberapa kandungan yang produsennya tidak ikut andil dalam gerakan ini.

Menurut situs ECOCERT, suatu produk akan lolos uji label organik jika 95% plant-based ingredients dan 10% dari persenan itu harus berasal dari pertanian yang sudah teruji organik. Sedangkan produk natural jika ingin mendapatkan label resmi dari ECOCERT juga harus memiliki komposisi 50% plant-based ingredients dan 5%/50% berasal dari pertanian yang sudah teruji. Jadi, kita tahu ya kalau suatu produk sudah ada logo ECOCERT pasti sudah terjamin kualitasnya, Kleive. Produk lokal yang sudah mendapatkan label ini baru satu, yaitu salah satu produk skin care buatan PT. Martha Tilaar.

PILIH YANG MANA?

Balik lagi Kleive, semua jenis kulit itu berbeda-beda setiap manusia. Tidak ada suatu brand tertentu yang cocok di semua kalangan masyarakat, begitupun dengan produk perawatan wajah natural dan organik. Jika kalian mendukung environment, ekosistem, mulai hidup vegan, dan juga mempunyai uang berlebih (kamu tidak merasa terpaksa / menyesal membeli suatu produk, itu tandanya kamu mampu) bisa mencoba dengan brand organik.

Sedangkan untuk kalian yang ingin memulai dengan produk perawatan wajah alami dan natural tapi masih terjangkau, kamu bisa coba produk yang mendukung cruelty-free, social, sustainability, ataupun plant-based ingredients. Harganya pun beraneka ragam, dan kamu bisa menyesuaikan dengan dompet kamu. Klei & Clay sendiri mempunyai visi untuk membuat produk perawatan wajah alami dengan harga yang terjangkau tetapi tetap mempertahankan kualitas. Jadi, kamu bisa lihat sendiri kan range harga Klei & Clay berkisar Rp39.000-Rp195.000, ya kan?

KESIMPULAN

Dari bacaan blog ini kamu bisa lebih paham ya perbedaan antara produk wajah natural dengan organik. Nanti ada lagi perbedaan dari brand cruelty-free ataupun vegan, yang akan Klei & Clay bahas lagi kedepannya. Yang penting sekarang kamu harus lebih teliti lagi ya sebelum membeli sebuah produk dan jangan malas untuk baca ingredients-nya. Kalau kamu tidak paham akan suatu ingredients, kamu bisa tinggal ketik di mesin halaman pencari Google. Dan jangan lupa bahwa setiap skin care itu cocok-cocokkan. Kleive harus mengenal kulitmu lebih baik lagi, karena apa yang kamu mau belum tentu kan kulitmu membutuhkannya. Nah, buat Kleive yang sudah memulai membeli produk natural dan organik, share yuk kamu beli apa aja dan mengapa kamu cocok dengan brand tersebut di kolom bawah ini.

Much love,